Dapat Merusak Mental Anak-anak, Hindari 5 Bentuk Candaan Ini!

KICAUQQLOUNGE – Bercanda dengan anak kecil merupakan salah satu cara yang dapat menimbulkan rasa untuk lebih menyayangi mereka. Bahkan, orang dewasa dianjurkan untuk sering bercanda dengan anak-anak, terutama keluarganya. Candaan bisa meningkatkan rasa bahagia dan rasa percaya diri pada anak. Namun, candaan tidak boleh asal dilontarkan pada anak kecil, ya. Saat ingin bercanda dengan anak-anak, kamu harus selalu ingat aturannya: kamu senang dan mereka juga gembira. Sebab, jika kamu memberikan candaan yang buruk, alih-alih membuat mereka tertawa riang, si anak justru mendapatkan bahaya dari candaan tersebut. Berikut bentuk candaan yang bisa berdampak buruk pada mental anak-anak!

Candaan yang mengancam

Dapat

“Wah, si abang sekarang udah punya adek, ya! Hati-hati, lho, Bang! Nanti bunda sama ayahnya gak sayang lagi sama Abang. Sayangnya cuma sama adek.” Barangkali kamu pernah mendengar orang menggoda seorang balita yang kebetulan baru dapat adik dengan kalimat seperti itu. Jangan-jangan kamu sendiri pernah melakukannya? Eits, kalau pernah, jangan diulangi, ya! Sebab. itu adalah salah satu contoh candaan yang berbahaya untuk anak-anak.

Niat kamu mungkin hanya untuk menggodanya agar kamu bisa melihat ekspresi lucu nan menggemaskan dari seorang balita yang lagi marah. Namun, candaan yang seperti itu bisa memengaruhi psikologi anak. Dia bisa marah dan sedih karena merasa terancam oleh kehadiran adiknya. Anak-anak seharusnya tumbuh dengan pemahaman bahwa kasih sayang orang tua dan keluarga pada mereka tidak akan berkurang karena kelahiran adik-adiknya. Sebab, hal itu bisa menyebabkan mereka patah hati dan tidak punya rasa percaya pada keluarganya. Lebih berbahaya lagi karena perasaan terancam dengan kehadiran saudara itu bisa menimbulkan sibling rivarly antara anak-anak, lho!

Candaan yang menakut-nakuti

Anak-anak belum sepenuhnya bisa membedakan mana candaan dan mana kebenaran. Sebaiknya, hindari bercanda dengan anak kecil soal hantu, monster, peristiwa-peristiwa menyeramkan, atau sosok manusia yang dianggap berbahaya. Percayalah, rasa bahagiamu melihat wajah dan teriakan lucu anak-anak tidak ada gunanya dibanding rasa takut yang tertanam lama di pikiran mereka. Itu karena kebanyakan anak-anak akan percaya dengan cerita-cerita mitos dari orang dewasa.

Menanamkan rasa takut yang tidak semestinya pada anak-anak dapat menyebabkan bekas luka psikologis yang merusak dalam jangka panjang, seperti yang diungkapkan oleh Dr. Bess de Guia, seorang konsultan psikiater dari University of Santo Tomas, Filipina. Lebih lanjut, Dr. Bess de Guia pada laman Philippine Daily Inquirer menjelaskan bahwa gangguan tersebut bisa berupa post-traumatic stress disorder, gangguan panik, dan gangguan kecemasan. Kamu usik seorang anak kecil hari ini dengan candaan yang buruk, lalu kamu merasa senang. Sesaat kemudian, mungkin kamu akan lupa, tapi tidak demikian dengan mereka. Trauma dari rasa takut yang mereka rasakan akan berdampak buruk untuk waktu yang lama. KICAUQQ

Candaan yang menghina atau menertawakan kesalahannya

Dapat

Sering, gak, melihat anak-anak yang mukanya cemong karena makanan; bedak yang asal tabur; atau terjatuh ke lumpur? Kalau kamu kebetulan menyaksikan tingkah lucu mereka tersebut, jangan ditertawakan, apalagi di depan banyak orang, ya. Menertawakan kesalahan anak juga bentuk candaan yang kejam. Hal itu memberikan dua hal negatif padanya. Pertama, menjadikan ia bulan-bulanan. Kedua, bisa menanamkan pemahaman pada anak-anak bahwa menertawakan kesalahan orang lain merupakan perilaku yang wajar. Ia bisa meniru perilaku tersebut dan melakukan hal yang sama atau yang lebih saat melihat orang lain.

Bercanda sambil membanding-bandingkan dengan orang lain

Jangan membanding-bandingkan seorang anak dengan orang lain hanya untuk memperlihatkan kelemahan dirinya demi sebuah lelucon. Jika kamu melakukan hal itu di depan teman-temannya, ia bisa diledek teman-temannya dan menjadi sasaran verbal bullying. Kamu boleh saja menceritakan kehebatan orang lain pada anak-anak dengan maksud menyemangatinya agar lebih baik, tapi tunjukkanlah dengan bahasa yang bijak. Anjurkan dia untuk meneladani kebaikan-kebaikan orang lain agar menjadi pribadi yang lebih baik, bukan untuk menjatuhkan mentalnya.

Candaan yang disertai kebohongan

Dapat

Sering bercanda yang disertai kebohongan juga bisa berdampak buruk pada mental anak-anak. Jika anak kecil tahu kalau orang-orang dewasa di sekitarnya sering berbohong, mereka akan bingung dan sulit percaya untuk hal-hal lain. Dampak lainnya, ia bisa saja menjadi pembohong ketika dewasa. Bagaimana dengan kisah dongeng? Psikolog anak memang banyak yang menyarankan orangtua agar sering membacakan kisah dongeng pada anaknya. Itu karena dongeng dianggap memberikan manfaat baik pada perkembangan emosional, imajinasi, dan kreativitas anak. Namun, bukan berarti kisah-kisah dongeng tak punya dampak negatif.

Orangtua harus berhati-hati juga dalam memilihkan dongeng untuk anak-anaknya, seperti menghindari dongeng yang mengandung cerita menyeramkan; dongeng yang mengandung unsur body shaming dan kekerasan; atau juga dongeng yang bisa membuat anak hidup dalam khayalan yang tak wajar. Sebagai gantinya, ada baiknya orangtua membacakan kisah-kisah pahlawan yang sosok dan cerita hidupnya lebih nyata sehingga tidak membuat anak-anak bingung membedakan antara cerita khayalan dan kenyataan. Hal yang penting, mereka tahu kalau orangtuanya tidak berbohong.

Setiap anak memiliki hak dan dapat untuk tumbuh kembang dengan perasaan nyaman dan bahagia. Jadi, belajarlah untuk tidak memberikan candaan kejam pada anak-anak, ya! AGEN POKER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *